Jumat, 27 Mei 2011

Pembelajaran Sains

  



Teori Konstruktivisme oleh John Dewey
Merupakan landasan berfikir yang dipergunakan dalam pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan di bangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.

Teori Pemrosesan informasi Teori pemrosesan informasi ini didasarkan atas tiga asumsi umum yaitu:
1. Pikiran dipandang sebagai suatu system penyimpangan dan pengembalian informasi.
2. Individu – individu memproses informasi dari lingkungan.
3. Terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu
    ( Zigler & Steven Son 1993 ).

Pembelajaran sains secara kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa tentang materi sains yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran sains secara kontekstual menekankan pada hal – hal sebagai berikut:

1.    Belajar Berbasis Masalah ( Problem – Based Learning ) yaitu menggunakan masalah yang berkaitan dengan materi sains yang akan dipelajari dalam dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi sains. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep sains. Hal ini mencakup pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pertanyaan, mensintesa, dan mempresentasikan hasil penemuannya.
2.    Pengajaran Autentik ( Authentic instruction ) yaitu memperkenankan siswa untuk mempelajari sains agar bermakna, ia mengembangkan keterampilan berfikir dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi sains.
3.    Belajar Berbasis Inquiri ( Inquiri – Based Learning ) yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains yang menyediakan kesempatan untuk pembelajaran yang bermakna.
4.    Belajar Berbasis Tugas Tersruktur ( Project – Based Learning ) yaitu guru menciptakan lingkungan belajar yang komprehensif agar siswa melakukan penyelidikan terhadap masalah sains yang akan dibahas, sehingga siswa dapat bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi pembelajaran sains.
5.    Belajar Berbasis Kerja ( Work – Based Learning ) yaitu lingkungan belajar dipadukan dengan berbagai aktivitas serta dengan materi sains yang akan dipelajari.
6.    Belajar Kooperatif ( Cooperative Learning ) yaitu adanya kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar Siswa di kelas 4 misalnya, mereka lebih antusias dan tertarik untuk mempelajari sains. Contohnya pada hari selasa tanggal 15 Agustus 2006 lalu, mereka belajar tentang pernafasan, siswa bersama guru membuat alat peraga dari bahan botol plastik bekas aqua yang dipotong, kemudian didalamnya dikasih balon dan sedotan. Dari alat peraga tersebut dijadikan sebagai model pembelajaran, guru meminta siswanya untuk melakukan kerja kelompok dan mendiskusikan bagaimana siklus pernafasan dada dan diafragma pada manusia. Pembelajaran sains seperti ini sangat menyenangkan bagi siswa dan lebih bermakna.

0 komentar:

Posting Komentar